JAKARTA, CILACAP.INFO – Sugata, bersama mitra pelaksana KOLTIVA, serta didukung oleh Unilever, FCDO, dan EY melalui TRANSFORM Bestari, memimpin penerapan model terukur produksi kakao regeneratif di Aceh. Kolaborasi ini mengintegrasikan ketertelusuran digital, pertanian cerdas iklim, dan pelatihan inklusif gender untuk membantu petani kecil beralih menuju praktik produksi bebas deforestasi dan tangguh terhadap perubahan iklim. Melalui lima fokus kerja — Gender Action Learning System (GALS), Pengelolaan Lahan Percontohan (Demo Plot Management), Pertanian Regeneratif, Pengelolaan Limbah Kakao, dan Pemantauan Emisi Gas Rumah Kaca (GHG Monitoring) — program ini menanamkan prinsip keberlanjutan di setiap aspek operasional pertanian. Dalam kurun waktu satu tahun, proyek ini telah memberdayakan 500 produsen di 21 desa, membangun 10 lahan percontohan regeneratif, memasang unit biochar untuk mengubah limbah kakao menjadi kompos, serta memperkenalkan pengambilan keputusan inklusif gender di lebih dari 100 rumah tangga. Upaya ini menjadi fondasi rantai nilai kakao yang regeneratif dan bebas deforestasi di Aceh.
Industri kakao Indonesia memegang peranan penting bagi ekonomi lokal dan pasar global. Namun, produktivitas yang menurun, usia pohon yang menua, serta dampak perubahan iklim yang kian terasa menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan sektor ini. Untuk menjawab persoalan tersebut, Sugata (PT Kudeungoe Sugata), perusahaan kakao berorientasi keberlanjutan dan pemulihan lingkungan, memimpin upaya pengembangan produksi kakao regeneratif dengan dukungan dari KOLTIVA dan mitra global — Unilever, Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO) Inggris, serta EY — melalui program TRANSFORM Bestari Challenge.
Inisiatif ini mempercepat inovasi bagi petani kecil melalui integrasi ketertelusuran digital, pelatihan pertanian cerdas iklim, serta model pembiayaan inklusif. Dengan menggabungkan pendekatan berbasis komunitas Sugata dan ekosistem teknologi KOLTIVA — termasuk KoltiTrace untuk ketertelusuran “farm-to-bar” dan KoltiSkills untuk pelatihan petani — kolaborasi ini bertujuan membangun rantai nilai kakao yang lebih tangguh, berdaya saing, dan mendukung pelestarian hutan.
Tampilkan Semua

