Baru 12 % Perusahaan Hilir Gunakan Sistem Ketertelusuran, KOLTIVA Dorong Segregasi Inklusif Agar Petani Tidak Tersisih

Baru 12 % Perusahaan Hilir Gunakan Sistem Ketertelusuran, KOLTIVA Dorong Segregasi Inklusif Agar Petani Tidak Tersisih
Baru 12 % Perusahaan Hilir Gunakan Sistem Ketertelusuran, KOLTIVA Dorong Segregasi Inklusif Agar Petani Tidak Tersisih

Komoditas yang dinyatakan patuh terhadap EUDR harus memenuhi kriteria ketat, termasuk bukti kepemilikan lahan, bebas deforestasi, dan titik koordinat lahan yang akurat. Komoditas dari lahan yang mengalami deforestasi setelah 31 Desember 2020, atau yang tidak memiliki ketertelusuran yang dapat diverifikasi, dianggap tidak patuh dan harus dipisahkan secara menyeluruh. Jika terjadi pencampuran—baik dari kebun yang belum terdaftar maupun dari sumber yang tidak jelas—maka seluruh pengiriman akan ditolak oleh pasar Uni Eropa.

Tantangan semakin kompleks mengingat panjangnya rantai pasok global, di mana keterlibatan banyak perantara dan minimnya dokumentasi menyulitkan proses pelacakan komoditas hingga ke sumbernya. Di sinilah pentingnya segregasi, bukan hanya untuk kepatuhan, namun juga sebagai strategi mitigasi risiko. KOLTIVA mendukung tim lapangan dengan aplikasi KoltiTrace untuk memastikan transparansi. Pendekatan metodologinya mencakup tiga tingkat analisis ketertelusuran—berbasis spasial, berbasis risiko (spasial dan survei), dan kepatuhan penuh (verifikasi lapangan menyeluruh)—untuk membantu perusahaan menjaga keamanan rantai pasok dan mencegah komoditas tidak patuh masuk ke pasar.

Andre Mawardhi, Senior Manager Agriculture and Environment di KOLTIVA, menyoroti tantangan unik dalam rantai pasok petani kecil. “Mewujudkan segregasi fisik penuh saat memasok dari petani kecil adalah tantangan besar. Rantai pasok ini sangat kompleks, dengan banyak titik risiko pencampuran, dan sering kali masih ada lahan yang belum dipetakan sepenuhnya. Beberapa perusahaan mungkin memilih menghentikan pasokan dari petani kecil demi menyederhanakan kepatuhan, namun pendekatan ini justru berisiko meminggirkan petani yang sangat penting bagi produksi komoditas berkelanjutan. Perusahaan harus cermat menyeimbangkan antara kepatuhan dan inklusi,” jelasnya.

Bagi petani kecil, segregasi menjadi jauh lebih rumit. Banyak dari mereka mengelola beberapa lahan—sebagian telah patuh, sebagian tidak. Tanpa praktik segregasi yang andal, risiko pencampuran hasil panen sangat tinggi dan dapat menyebabkan seluruh hasil tidak diterima pasar Uni Eropa.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait