Meningkatkan Produktivitas dan Ketahanan terhadap Perubahan Iklim
Peter Bakker memberikan perspektif global dengan merujuk pada temuan terbaru laporan EAT-Lancet, yang menyoroti tiga prioritas utama sektor pertanian: pertanian regeneratif, transformasi digital, dan ketahanan terhadap dampak iklim. “Perubahan iklim bukan lagi isu konseptual. Dampaknya sudah nyata, dan inovasi harus difokuskan tidak hanya pada produktivitas, tetapi juga ketahanan,” ujarnya.
Sementara itu, Rahmad Pribadi menegaskan peran penting pupuk dalam meningkatkan produktivitas pertanian, yang menyumbang lebih dari 60 persen terhadap hasil panen. Ia menjelaskan bagaimana teknologi pertanian presisi berbasis satelit membantu mengoptimalkan penggunaan pupuk sekaligus mengurangi limbah. “Keberlanjutan tidak hanya soal pertanian, tetapi juga ketahanan energi. Pertanian dapat berperan penting dalam mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon,” jelasnya.
Investasi untuk Generasi Petani Berikutnya
Diskusi ditutup dengan pandangan mengenai cara memperluas skala inovasi dan memberdayakan generasi muda di sektor pertanian. Neville menyoroti bahwa sebagian besar program pemberdayaan masih menargetkan petani berusia di atas 45 tahun, sementara kelompok muda kurang terlibat. “Kita perlu memikirkan kembali cara mendukung mereka yang berusia 18 hingga 35 tahun dan memperlakukan mereka sebagai pelaku usaha kecil, bukan sekadar penerima manfaat,” ujarnya.
Menutup sesi, para panelis sepakat bahwa sepuluh tahun ke depan akan menjadi periode penting untuk memperkuat penelitian, memperluas penerapan pertanian regeneratif, memperbesar akses pembiayaan, dan mempercepat transformasi digital di sektor pertanian. Inovasi, kolaborasi, dan keberlanjutan dinilai sebagai kunci untuk mewujudkan masa depan pangan yang tangguh.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
Tampilkan Semua