Namun, upaya ini tidak selalu mudah. Di Trimulyo misalnya, proyek konservasi sempat terhambat oleh pembangunan jalan tol yang melintasi area penanaman. Kasus ini memperlihatkan betapa masih kurangnya integrasi antara proyek pembangunan infrastruktur dan upaya perlindungan ekosistem, padahal keduanya seharusnya bisa berjalan selaras dalam kerangka ESG nasional.
“Masih banyak perusahaan yang ragu atau belum tahu harus mulai dari mana dalam menerapkan ESG. eBook ini kami susun agar dapat menjembatani kesenjangan itu, dengan pendekatan berbasis data, pengalaman lapangan, dan solusi yang mudah diakses,” tambah Ben.
LindungiHutan mengajak seluruh pelaku industri untuk mulai melihat ESG bukan sebagai beban, melainkan peluang. Peluang untuk membangun brand yang peduli, loyalitas pelanggan yang lebih kuat, hingga akses terhadap green financing dan insentif pajak yang kini mulai digulirkan pemerintah.
eBook ini dapat diunduh secara gratis di tautan berikut: https://lynk.id/lindungihutan/kOWyPXO
Dengan peluncuran eBook ini, LindungiHutan berharap lebih banyak sektor swasta tergerak untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim melalui langkah nyata yang terukur dan kolaboratif. Karena menyelamatkan lingkungan bukan hanya tanggung jawab negara, melainkan juga misi bersama antar pelaku bisnis dan masyarakat sipil.
Tentang LindungiHutan
LindungiHutan adalah start-up lingkungan yang berfokus pada aksi konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Sebanyak 1 juta pohon telah ditanam bersama lebih dari 600+ brand dan perusahaan. Kami menggandeng masyarakat lokal di 30+ lokasi penanaman yang tersebar di Indonesia. Kami menghadirkan beberapa program seperti Corporatree, Collaboratree dengan skema Product Bundling, Service Bundling dan Project Partner, serta program Carbon Offset.
Press release ini juga sudah tayang di VRITIMES