Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil survei Consensys dan YouGov pada 2024 yang menunjukkan tingginya keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap aset kripto. Survei terhadap 1.041 responden berusia 18–65 tahun itu mengungkap meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kripto di tengah menurunnya kepercayaan terhadap layanan keuangan tradisional.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menyatakan bahwa perubahan kondisi ekonomi turut mendorong masyarakat untuk lebih proaktif dalam mengelola keuangan pribadi. Alih-alih hanya mengandalkan tabungan konvensional, masyarakat kini mulai mencari alternatif yang dapat memberikan imbal hasil dan pertumbuhan nilai aset dalam jangka panjang.
“Kami melihat perubahan signifikan dalam mindset keuangan masyarakat. Di tengah tekanan biaya hidup, semakin banyak orang yang mulai mencari cara untuk mengembangkan aset, bukan hanya menyimpannya. Ini momentum penting untuk memperkuat edukasi finansial dan pemahaman tentang instrumen investasi, termasuk kripto,” kata Calvin.
“Situasi ekonomi saat ini membuat masyarakat mencari alternatif yang bisa membantu mereka menjaga dan menumbuhkan nilai kekayaan. Aset digital seperti kripto menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan karena bisa diakses lebih luas dan menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik,” tambahnya.
Bitcoin Bagian Zero-sum Game?
Seiring meningkatnya adopsi kripto sebagai bagian dari strategi keuangan masyarakat, perdebatan tentang peran Bitcoin dalam sistem ekonomi kembali mencuat. Di media sosial, muncul anggapan bahwa Bitcoin adalah permainan zero-sum, di mana keuntungan satu pihak setara dengan kerugian pihak lain. Namun, pandangan ini dinilai tidak tepat, terutama jika melihat perkembangan ekosistem kripto yang terus menciptakan nilai baru di luar sekadar aktivitas jual-beli.
Tampilkan Semua