“Cara Membuat Uang Bekerja Untuk Kita” : Kisah Pipo Hargiyanto Kaya dari Passive Income Properti

Kisah Pipo Hargiyanto
Kisah Pipo Hargiyanto

JAKARTA, CILACAP.INFO – “Masih ragu bisnis properti karena taunya butuh modal besar? Orang-orang nggak kenal strategi KOMODO, sih,” Pipo Hargiyanto, seorang investor properti dengan total aset mencapai 55 properti, berkelakar membuka wawancara dengan Sekali Seumur Hidup.

Di balik kelakarnya, strategi jitu KOMODO untuk bisnis properti tanpa modal memang telah dipraktikannya selama 17 tahun. Hasil dari bisnis properti itu kini mampu mendatangkan arus uang yang tak henti, tanpa perlu bekerja keras atau turun langsung ke lapangan. Bagaimana kisahnya?

Dari Kredit Analis ke Investor Properti

Perjalanan Pipo dimulai dari dunia kerja sebagai kredit analis di Jakarta. Saat itu, ia banyak melihat bagaimana aset seperti mobil sewaan bisa membiayai angsurannya sendiri. Ide ini melekat dalam pikirannya.

Setelah membaca buku Rich Dad Poor Dad, ia makin yakin bahwa aset seharusnya bisa menghasilkan income lebih besar dari cicilannya. Konsep sederhana, tapi butuh waktu bertahun-tahun hingga benar-benar bisa dipraktikkan.

2005–2008: Mencari Properti yang “Nyicil Dirinya Sendiri”

Pipo sempat keliru. Awalnya ia mencari rumah sewaan, tapi tak ada satupun yang penghasilannya melebihi angsuran. Sampai akhirnya, ia menemukan model properti yang mampu mengangsur dirinya sendiri ketika sang istri mencari kos-kosan di daerah Karet. Saat itu, ia menyadari di konteks Indonesia mungkin bukan rumah sewa, tetapi kos/kontrakan.

Dari situlah pencerahan datang. Ia menemukan properti 20 pintu kontrakan di Karawaci seharga Rp550 juta dengan cicilan Rp7 juta/bulan, sementara potensi income dari sewa mencapai Rp11 juta/bulan.

Masalahnya berikutnya tiba: ia tak punya uang untuk DP. Dari sana Pipo akhirnya mencari cara untuk kredit dan pinjaman bank untuk DP-nya.

Dengan memilih properti dengan bisnis di atasnya juga pengelolaan dana yang baik, Pipo yakin pada akhirnya properti tersebut bisa melunasi dirinya sendiri.

Bangkrut & Titik Balik

Pada tahun 2008, Pipo mengalami kebangkrutan karena bisnisnya gagal dibayar Rp200 juta oleh klien. Akan tetapi, justru dari keterpurukan itu, ia menemukan properti yang benar-benar cocok : 3 ruko di Daan Mogot, yang jika disulap jadi kos 28 kamar bisa menghasilkan Rp18 juta/bulan, sementara angsurannya hanya Rp15 juta.

Tampilkan Semua
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait

Exit mobile version