“Uap atau aerosol yang dihasilkan produk tembakau alternatif tidak mengandung TAR. Sedangkan asap dari rokok yang dibakar mengandung TAR, zat yang menimbulkan risiko bagi lingkungan sekitar. Jadi uap atau aerosol berbeda dengan asap rokok. Dengan tidak menghasilkan TAR, produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah daripada rokok,” tegas Prof. Amaliya.
Ida Bagus Nyoman menambahkan, dengan menerapkan sistem pemanasan, rokok elektronik tidak hanya bermanfaat untuk meminimalisir dampak pada gigi dan gusi penggunanya dibandingkan dengan kondisi kesehatan mulut seperti yang dialami perokok, namun juga memiliki potensi untuk lebih diterima dari sisi keberlangsungan dan kenyamanan pariwisata. Tanpa TAR dan residu lainnya seperti abu pada rokok, produk ini dapat membantu dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kualitas udara. Hal ini menjadi sangat penting di destinasi wisata seperti Bali, di mana keindahan alam dan kualitas udara adalah aset utama. Oleh sebab itu, penggunaan produk tembakau alternatif dapat mendukung upaya menjaga Bali sebagai destinasi pariwisata yang bersih dan nyaman.
“Berbagai penelitian dari dalam dan luar negeri telah membuktikan bahwa pengguna rokok elektronik yang telah berhenti dari kebiasaan merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi, sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Selain itu, pendekatan pengurangan bahaya tembakau melalui penggunaan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dapat menjadi komplementer yang baik untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan. Kita bisa melihat ini sebagai langkah positif dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman bagi semua wisatawan, baik perokok maupun non-perokok,” tutup Ida Bagus Nyoman.