Hasnul Suhaimi: Sang Jenderal Strategi yang Menaklukkan Industri Telekomunikasi

Hasnul Suhaimi
Hasnul Suhaimi

JAKARTA, CILACAP.INFO – Di depan Anda ada benteng yang tak tertembus—Telkomsel, raksasa telekomunikasi Indonesia. Hampir mustahil menembusnya, tapi tidak bagi Hasnul Suhaimi.

Dengan langkah taktis nan cerdik, ia berhasil memimpin PT XL Axiata menembus benteng itu. Dia menggandakan pangsa pasar, dan menjadikan XL sebagai pemain utama dalam waktu kurang dari dua tahun. Kalau ditarik ke realita bisnis, hanya yang berani, cerdik, dan visioner yang bisa memenangkan perang pasar. Hasnul adalah contoh sempurna dari pemimpin yang menggabungkan ketiga elemen itu.

Apa saja yang dilakukan dan hasil dari strategi perangnya?
Tarif Turun 90%, Laba Meledak 4x Lipat!
Sering kita dengar, “Turunkan harga, matilah perusahaan.”

Hal ini rasanya tidak berlaku bagi Hasnul. Dia melakukan hal yang dianggap gila di industri telekomunikasi: menurunkan tarif/menit hingga 90%!

Apa hasilnya? Pelanggan meledak 4x lipat, revenue melonjak 3x lipat, dan laba naik 4x lipat. Inilah bukti bahwa strategi tak konvensional bisa membawa hasil luar biasa.

“Dalam bisnis, terkadang kamu harus rela kehilangan sedikit untuk mendapatkan lebih banyak.”

Traffic XL melonjak 30 kali lipat—ini seperti sebuah jalan raya kecil yang tiba-tiba berubah jadi jalan tol besar yang ramai 24 jam!
Dari 10% ke 20% Pangsa Pasar: XL Menggerogoti Dominasi Telkomsel
Pada masanya, 10% pangsa pasar di industri telekomunikasi setara dengan Rp 7 triliun. Itu angka yang cukup fantastis.

Tapi Hasnul Suhaimi tidak hanya puas mengambil 10%, dia menggandakan pangsa pasar XL menjadi 20%. Ini artinya, dia mengambil miliaran rupiah dari raksasa industri yang selama ini dominan.

Bagaimana caranya?

Dengan strategi flanking attack—serangan di sisi lemah pesaing. Hasilnya? XL merangsek dan menggerogoti pangsa pasar Telkomsel sedikit demi sedikit, hingga mereka kehilangan pijakan.
XL: Dari Krisis Revenue Jadi Nomor 2 di Indonesia
Sebelum Hasnul mengambil alih, XL berada dalam kondisi yang tidak ideal—profit minus dan berada jauh di bawah Telkomsel.

Tampilkan Semua
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait

Exit mobile version