Lebih dari itu, 63 persen responden akan menggunakan produk atau jasa dari sebuah brand ketika mereka memiliki program keberlanjutan.
Sekitar dari 22 persen responden mengaku akan tetap membeli produk dari brand tersebut walaupun ada kenaikan harga.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, Sampah makanan adalah bom waktu bagi krisis iklim, dan di saat yang sama, banyak orang terancam kelaparan akibat perubahan iklim.
“Ini adalah dua sisi krisis yang harus kita atasi bersama untuk generasi masa depan. Sampah makanan dan ketahanan pangan tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri, tapi harus secara bergotong royong.” Kata Mona.
“Melalui program Food Rescue Warrior yang diinisiasi oleh Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation, kami mengajak para mitra dan masyarakat luas bahu-membahu memerangi masalah sampah makanan dan mendukung ketahanan pangan di Indonesia.” Tambahnya.
Food Rescue Warrior bantu tangani surplus makanan dan ciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan
Pusat perniagaan termasuk industri food and beverage (F&B) seperti hotel, restoran, dan kafe berkontribusi sekitar 17,8 persen pada sampah di Indonesia, setelah sampah rumah tangga sebesar 38,8 persen dan pasar tradisional 20,6 persen berdasarkan data oleh SIPSN KLHK tahun 2023.
Hal ini menunjukkan perlunya penanganan sampah makanan dan ketahanan pangan yang berkelanjutan bagi para pelaku F&B.
Menanggapi hal tersebut, Bank DBS Indonesia meluncurkan kampanye #MakanTanpaSisa pada tahun 2020 untuk mendukung visi Towards Zero Food Waste.
Kampanye ini telah menghasilkan dampak makanan (makanan yang berhasil diselamatkan dari Tempat Pembuangan Akhir/TPA) sebanyak 554,822 kilogram pada tahun 2023.
Untuk meningkatkan jangkauan dan dampak kampanye ini pada masyarakat, pada tahun 2024, Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation berkolaborasi untuk meluncurkan program Food Rescue Warrior.
Tampilkan Semua