“Tantangan pengembangan EBT di antaranya adalah inovasi dan penguasaan teknologi, waktu pelaksanaan proyek, dan kesiapan industri pendukung baik pada aspek teknis maupun keekonomian,” Kata Pandu Ismutadi.
Senada dengan Pandu, Ahmad Heri Firdaus juga menyebutkan bahwa Industri EPC menghadapi beberapa tantangan ke depan, salah satunya pembiayaan. Proyek-proyek pembangunan energi hijau diperlukan pembiayaan yang besar.
Sementara itu, kemampuan finansial dari perusahaan-perusahaan EPC relatif terbatas. Sehingga perlu skema pembiayaan yang secara khusus memberikan akses permodalan bagi industri EPC untuk mengembangkan energi hijau.Heri juga menambahkan bahwa Peluang jasa EPC cukup besar, mengingat banyaknya pengguna sektor EPC yang merupakan Proyek Strategis Nasional.
STRATEGI IMPLEMENTASI NET ZERO EMISSION DALAM PERSPEKTIF INDUSTRI
Pada kesempatan yang sama, Rozikin Busro – Senior Project Manager Green Energy Clean Ammonia Pupuk Indonesia menyebutkan bahwa target National Determined Contribution (NDC), Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi pabrik amoniak sebesar 3,95 – 4,65 juta ton CO2 pada 2030, melalui implementasi program revitalisasi pabrik, revamping pabrik dan pabrik Soda Ash.
Sementara Pupuk Indonesia berinisiatif menurunkan emisi sebesar 3.3 juta ton CO2 (24% dari BaU). Untuk mencapai NZE 2060 maka membutuhkan penurunan sebesar 19.1 juta ton CO2. (95% dari BaU).
Rozikin Busro mengatakan tujuan Pupuk Indonesia tahun 2024-2028 adalah berkontribusi pada keamanan pangan nasional dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, visinya adalah pada clean ammonia. Upaya yang dilakukan adalah membangun kemitraan untuk pengembangan bisnis, akuisisi sumber energi dengan harga kompetitif serta mengembangkan kapabilitas dan akuisisi teknologi.
Pupuk Indonesia memiliki misi dekarbonisasi industri eksisting dan mengembangkan bisnis clean chemical melalui pengembangan blue, green, dan pink ammonia, serta e-methane/e-methanol.
Tampilkan Semua