JAKARTA, CILACAP.INFO – Biaya operasional rumah sakit dapat ditekan dengan langkah strategis: Pengelolaan limbah, RME, menghitung unit cost, hingga adopsi SIMRS.
Biaya operasional rumah sakit cenderung meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya layanan, sumber daya manusia, serta tuntutan regulasi. Menurut CNBC, inflasi medis di Indonesia pada tahun 2025 mengalami kenaikan sebesar 16,9% dibandingkan dengan tahun 2024 yang hanya naik sebesar 12,8%. Kenaikan ini disebabkan karena harga obat yang semakin mahal, keterbatasan tenaga medis spesialis, dan kenaikan biaya alat-alat medis. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat berdampak pada finansial rumah sakit dan keberlanjutan layanan. Oleh sebab itu, rumah sakit harus pintar-pintar mengelola keuangan dengan menerapkan strategi efisiensi yang tepat tanpa mengorbankan mutu pelayanan pasien.
Berikut ini artikel mengenai tujuh strategi untuk menekan biaya rumah sakit secara efektif dan dapat diterapkan secara berkelanjutan.
Evaluasi dan Analisis Biaya Operasional Rumah Sakit Secara Menyeluruh
Langkah awal yang paling krusial untuk dilakukan adalah mengevaluasi biaya operasional rumah sakit secara keseluruhan. Dengan melakukan evaluasi, rumah sakit bisa tahu, mana pos biaya yang paling besar, dan pos mana yang masih bisa dioptimalkan.
Evaluasi ini mencakup biaya sumber daya manusia, obat, alat kesehatan, logistik, energi, hingga biaya administrasi. Dengan analisis berbasis data, manajemen rumah sakit dapat mengidentifikasi pengeluaran yang tidak perlu atau dapat dikurangi, sehingga dapat mengambil keputusan efisiensi yang tepat sasaran.
Mempelajari Sistem Pengelolaan Limbah yang Efektif
Berbeda dengan fasilitas lain, pengelolaan limbah rumah sakit jauh lebih kompleks karena menghasilkan lebih banyak jenis limbah seperti limbah medis infeksius, limbah bahan kimia, dan limbah non medis. Dan setiap jenis limbah memiliki standar pengelolaan masing-masing.
Tampilkan Semua