Dari pertumbuhan kredit yang agresif itu, BBSI mencatatkan pendapatan bunga bersih naik 87,14 persen menjadi Rp1,26 triliun. Namun, laba bersihnya hanya tumbuh 17,7 persen menjadi Rp126 miliar.
Kami menilai, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
Adanya kenaikan pencadangan sebesar 117 persen menjadi Rp902 miliar
Tingkat beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perseroan yang naik menjadi 89 persen dibandingkan dengan 81 persen pada periode sebelumnya
Sementara itu, tingkat NPL gross perseroan sekitar 2,64 persen. Posisi NPL gross ini sudah membaik dibandingkan dengan sebelumnya 2,7 persen. Lalu, untuk NPL net-nya masih cukup baik hanya 0,1 persen dan mengalami penurunan dari sebelumnya 0,24 persen.
Untuk NIM terlihat sangat besar, yakni mencapai 20 persen selaras dengan karakter bank digital yang memberikan kredit dengan bunga kredit dalam berbagai bentuk.
Kinerja BBSI per Oktober 2025 juga mulai mengalami perlambatan dari segi laba bersih yang hanya tumbuh 10,92 persen menjadi Rp133 miliar. Meski, pendapatan bunga bersih tumbuh 88,64 persen menjadi Rp1,46 triliun. Faktornya sama seperti yang kami paparkan sebelumnya, salah satunya adanya kenaikan pencadangan 120 persen menjadi Rp1,05 triliun.
Bank Jago (ARTO)
ARTO menjadi bank dengan tingkat ekspansi dan kualitas kinerja dengan poin tertinggi sepanjang kuartal III/2025. Satu-satunya rapor kuning ARTO hanya ada di CIR yang masih sekitar 58 persen.
Secara kinerja per kuartal III/2025, ARTO mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 32 persen menjadi Rp23,46 triliun. Dari pertumbuhan kredit itu, ARTO mampu me-maintain-nya dengan pendapatan bunga bersih tumbuh 64 persen menjadi Rp1,77 triliun.
Lalu, dengan kondisi pencadangan ARTO naik 267 persen menjadi Rp623 miliar, perseroan masih mampu mendorong laba bersih naik 131 persen menjadi Rp199 miliar.
Tampilkan Semua

