“Setiap dekorasi event yang kami kerjakan selalu diikuti dengan penanaman pohon. Kami ingin memastikan setiap karya kreatif kami menumbuhkan kehidupan baru bagi Bumi,” tutur Arief.
Mengapa Memilih LindungiHutan?
Ketika mencari mitra untuk menjalankan program lingkungan, Dus Duk Duk tak sembarangan.
“Dari komunikasi, transparansi laporan, sampai keberlanjutan program, LindungiHutan selalu konsisten. Jadi kami memilih mereka bukan karena viral, tapi karena sudah kami amati sejak lama,” ungkapnya.
Kepercayaan itu lahir dari komitmen LindungiHutan dalam transparansi, pelaporan yang akuntabel, dan pendekatan berbasis komunitas di lapangan.
Lewat jaringan petani dan masyarakat lokal, setiap donasi yang masuk benar-benar kembali ke alam, baik melalui penanaman mangrove, pohon endemik, maupun rehabilitasi lahan kritis.
Kolaborasi yang Menyuarakan Alam
Selain menanam pohon, Dus Duk Duk juga melahirkan platform “Bangga Membumi”, ruang kolaboratif lintas sektor untuk aksi lingkungan. Dari program adopsi pohon, edukasi lingkungan, hingga pelestarian penyu, semua dilakukan dengan satu semangat: menumbuhkan kepedulian.
Bagi Arief, bisnis berkelanjutan tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus berpijak pada tiga pilar: People, Planet, Prosperity.
“Kalau salah satunya hilang, bisnis tidak akan seimbang. Tanpa menjaga planet, kita tidak punya apa-apa lagi untuk dikelola,” ujarnya.
Dari Belitung Timur ke Pulau Pari
Setelah sukses menanam ratusan mangrove di Belitung Timur, Dus Duk Duk melanjutkan langkah hijaunya ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Melalui program ini, sudah terkumpul 284 pohon Rhizophora dari target 500 pohon yang akan ditanam pada 31 Desember 2025. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas dan kepedulian lingkungan dapat tumbuh bersama.
“Bisnis Baik Harus Menumbuhkan Kehidupan”
Dari kursi kardus sederhana hingga penghargaan Forbes Indonesia 30 Under 30 (2020) untuk kategori Creative & Social Entrepreneurship, Arief membuktikan bahwa inovasi dapat berjalan seiring dengan keberlanjutan. “Apapun yang kami lakukan, dari kardus daur ulang hingga penanaman mangrove, semua berawal dari satu hal, yakni cinta pada Bumi,” tuturnya.
Tampilkan Semua

