Padahal, momen viral biasanya hanya bertahan beberapa hari.
Kalau tidak ada jalur konversi, semua trafik besar yang didapatkan hanya akan lewat.
Makanya, selalu siapkan jalan keluar:
– Link ke katalog produk
– Halaman promo, atau
– Kode diskon khusus untuk audiens baru
Dengan demikian, perhatian sesaat mereka bisa langsung berubah jadi sebuah transaksi nyata.
4. Tidak Semua Komentar Isinya Pujian
Banyak yang lupa, viral bukan hanya soal “banjir” pujian atau interaksi positif lainnya.
Komentar negatif, kritik pedas, atau bahkan perdebatan juga bisa muncul kapan saja.
Kalau tidak dikelola dengan baik, ini bisa merusak citra brand kamu.
Menjawab kritik dengan sopan, mendengarkan masukan, dan transparan dalam komunikasi sering kali membuat orang semakin menghargai brand-mu.
Intinya, jangan buru-buru defensif jika hal seperti ini terjadi.
Hadapi dengan kepala dingin, karena cara kamu merespons bisa jadi lebih penting daripada isi kritik itu sendiri.
5. Data Baru: “Bonus” dari Viralitas
Selain interaksi, viralitas juga bisa membawa data berharga.
Kamu bisa melihat siapa saja audiens baru yang datang, konten bagian mana dan seperti apa yang paling mereka sukai, hingga kapan waktu mereka paling aktif.
Kalau data ini dimanfaatkan, kamu akan bisa tahu “pola” seperti apa yang berhasil.
Misalnya, ternyata konten singkat yang ringan lebih sering di-share dibanding konten panjang.
Jadikan data tersebut tanda untuk membuat menyesuaikan strategi konten berikutnya.
Dengan begitu, viral tidak hanya akan jadi momen sesaat, tapi bisa jadi bahan bakar untuk pertumbuhan brand kamu dalam jangka panjang.
Penutup
Konten viral memang bisa jadi berkah, tapi juga bisa bikin repot kalau tidak siap.
Identitas brand harus jelas, interaksi perlu dijaga, jalur konversi disiapkan, reputasi dikendalikan, dan data pun harus dimanfaatkan secara maksimal.
Tampilkan Semua