JAKARTA, CILACAP.INFO – Dalam setahun terakhir, istilah Agentic AI atau “Kecerdasan Buatan yang Bisa Bertindak Sendiri” mulai banyak dibicarakan di dunia teknologi. Berbeda dengan kecerdasan buatan (AI) biasa yang hanya merespons perintah, Agentic AI bisa mengambil keputusan dan bertindak tanpa harus menunggu instruksi. Artinya, AI ini tidak hanya menunggu untuk diberi tahu apa yang harus dilakukan, tetapi dapat “berpikir” dan melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugasnya secara mandiri.
Perubahan ini sangat berpengaruh di berbagai bidang, tetapi dampaknya yang paling terasa mungkin ada di keamanan siber atau perlindungan data dan sistem di dunia digital. Dalam dunia ini, ancaman datang begitu cepat, dan setiap detik sangat berarti. Keamanan siber harus mampu merespons dengan sangat cepat, karena serangan bisa berkembang lebih cepat daripada kebijakan atau sistem yang ada.
Mengapa Sistem Keamanan Tradisional Tidak Cukup Lagi?
Banyak organisasi sudah menggunakan berbagai perangkat untuk melindungi sistem mereka dari ancaman, seperti sistem yang memantau data atau perangkat keras yang memblokir serangan. Namun, meskipun sudah ada teknologi canggih, sering kali sistem ini tidak cukup cepat untuk mendeteksi atau merespons ancaman yang muncul.
Penyebab utamanya adalah:
– Perangkat yang tidak saling terhubung, sehingga tidak bisa saling berbagi informasi.
– Tim yang kewalahan dengan terlalu banyak peringatan yang harus ditindaklanjuti.
– Keamanan yang terlalu reaktif, yaitu baru bertindak setelah ancaman muncul, bukannya mencegahnya lebih dulu.
– Tidak ada gambaran yang jelas tentang semua perangkat dan aktivitas yang terjadi di dalam sistem.
Semua tantangan ini semakin terasa di Security Operations Center (SOC), tempat di mana tim berusaha memantau dan melindungi sistem dari ancaman.
Mengapa Keamanan Tradisional Sudah Tidak Lagi Cukup?
Pada kenyataannya, SOC modern terus menghadapi berbagai masalah, seperti:
Tampilkan Semua