“Bumi ini adalah titipan untuk anak cucu kita, bukan warisan dari orang tua. Kita perlu menumbuhkan cinta lingkungan melalui aksi nyata: menjaga kebersihan pantai dan sungai, serta menghentikan penebangan hutan liar,” tegas Bupati Lakamau. “Merusak lingkungan sama saja dengan merusak kehidupan itu sendiri.”ujar Iskandar Lakamau.
Dalam beberapa tahun terakhir, partisipasi orang muda dalam upaya pelestarian lingkungan di NTT terus meningkat. Koalisi KOPI kini telah menghimpun lebih dari 700 orang muda yang aktif mengkampanyekan isu perubahan iklim di berbagai kabupaten di NTT, seperti di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Timor Tengah Utara, serta seluruh kabupaten di Pulau Flores.
Banyak komunitas muda menginisiasi gerakan edukasi iklim berbasis budaya lokal, mengangkat kearifan lokal untuk mendorong perubahan perilaku di tingkat akar rumput.
“Kami percaya, krisis iklim adalah persoalan generasi sekarang, dan generasi mudalah yang paling siap menjawabnya. Tugas kami adalah memastikan ruang kreasi dan aksi itu terbuka lebar, dan membuat komunitas-komunitas di NTT semakin percaya diri membangun gerakannya secara berkelanjutan,” ujar Eda Magdalena Tukan, Ketua Komite Eksekutif Daerah Koalisi KOPI.
Jambore GRUF 2025 juga memperlihatkan kemandirian orang muda dalam mengelola aksi iklim. Banyak peserta berbagi pengalaman membangun program berbasis komunitas, mulai dari bank sampah desa dan taman konservasi, hingga edukasi lingkungan di sekolah-sekolah lokal. Semua ini dijalankan dengan sumber daya terbatas, namun didorong oleh semangat kolaborasi yang kuat.
“Orang muda tidak hanya punya energi, tapi juga punya kepekaan. Mereka melihat krisis iklim bukan hanya soal statistik, tapi soal kehidupan sehari-hari mereka. Ini yang membuat aksi mereka sangat autentik,” ujar perwakilan dari Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis Foundation), mitra pendukung Jambore GRUF..
Tampilkan Semua