Dari situlah Ali pertama kali mengenal dunia properti, dan tanpa ia sangka satu seminar itu yang akan mengubah hidupnya.
Pulang dari seminar, Ali termotivasi untuk memulai bisnis propertinya sendiri. Ia mencoba peruntungan transaksi pertamanya dengan menawar rumah Rp450 juta menjadi Rp250 juta, padahal saat itu ia tak punya uang sepeser pun. Usaha negosiasinya berbuah manis. Tiga bulan kemudian, penjual kembali menghubunginya. Setelah berdiskusi lebih lanjut, rumah itu didapat dengan harga Rp275 juta.Dari situ, ia menawarkan aset properti murah tersebut ke pembeli lain dan menambahkan fee Rp12 juta untuk dirinya. Pengalaman ini memberinya gambaran mengenai skema bisnis yang akan ia jalani ke depannya. “Saya belajar jadi broker semi flipper juga. Dari sana saya mulai serius,” ucapnya sambil tersenyum.
Naik-Turun Dunia Properti
Setelah itu, ia serius menekuni bisnis ini. Tahun 2012 ia berhasil mengantongi proyek pembangunan 3 rumah, 2013 naik jadi 10, dan seterusnya hingga ratusan unit dalam satu proyek.
Namun tahun 2014, ia mengalami kejatuhan besar: 5 proyek di 5 lokasi gagal akibat ketidaksiapan menghadapi transisi pemerintahan dan regulasi. Total kerugian Ali kala itu mencapai Rp2 miliar. Ali terpaksa menjual rumah dan mobil yang didapatkan dari hasil kerja kerasnya selama empat tahun terakhir. Ali kembali ke titik nol.
Akan tetapi, ia tak menyerah. Bangkit kembali, ia membentuk tim yang lebih ramping, fokus efisiensi, dan kembali membangun.
Mewujudkan Janji: Berbagi Ilmu
Ali tak pernah lupa, titik baliknya dimulai dari seminar gratis. Sejak 2017, ia mulai membuka kelas “Bisnis Properti Tanpa Modal Investor”. Awalnya seminar ini diadakan eksklusif untuk teman dekat, tapi kini kelasnya menyebar ke berbagai kota di Indonesia. Ia membawa tajuk “Sekolah Developer” untuk program ini dan menyasar pemula yang ingin memulai bisnis properti seperti dirinya saat 2009 silam.
Tampilkan Semua