Tingkat popularitas selebritas semata tak lagi dianggap cukup untuk mewakili brand. Kini kita bisa melihat kecenderungan brand yang lebih memilih tokoh lokal, seperti podcaster, penulis, dan ahli di sebuah bidang yang sesuai. Hal ini didukung dengan data Kantar’s Creator Digest yang mengungkapkan bahwa konten yang dibuat oleh kreator lokal di AS dengan suara autentik mampu memperkuat nilai diferensiasi brand sebesar 4,85%.
Begitu pula pendekatan marketing dengan menempatkan founder atau CEO dalam agenda brand atau perusahaan. Hal ini diyakini dapat membangun kepercayaan dan hubungan yang nyata dengan konsumen.
Menghidupkan Kembali Pengalaman Offline, Lebih dari Sekedar Transaksi
Meskipun e-commerce tetap mendominasi, di tahun 2025 kehadiran secara offline diprediksi untuk menjadi pusat pengalaman brand yang mengutamakan koneksi emosional, membangun kepercayaan, dan menceritakan kisah brand. Melalui berbagai format toko, strategi ini akan menghadirkan pengalaman interaktif, demo produk, dan ruang untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan.
Selain itu, kita akan melihat tren toko offline yang dimanfaatkan menjadi tempat komunitas dan gaya hidup, tempat pelanggan berkumpul dan berinteraksi, meningkatkan loyalitas dan menjadikannya bagian dari lifestyle mereka. Fenomena showrooming juga akan semakin berkembang, dengan toko offline sebagai galeri produk unggulan atau peluncuran baru, sementara pembelian dilakukan secara online.
Selain dari toko yang bersifat permanen, brand juga dapat menggunakan pop-up store untuk menguji pasar dan berinteraksi langsung dengan pelanggan. Dengan format ini, brand dapat memberikan fleksibilitas kehadiran offline mereka sambil tetap menjaga interaksi dengan pelanggan.
“Kami percaya bahwa segala bentuk strategi yang berbasis empati adalah kunci untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan konsumen. Di Hypefast, kami berkomitmen untuk mendukung brand lokal dalam menghadapi tantangan dan peluang baru di tahun 2025,” ujar Mad.
Tampilkan Semua