Tak hanya BRSDM, Kampung Sidat Cilacap ini juga mendapat perhatian Eselon I KKP lainnya, yakni DJPB untuk pendampingan budidaya, Ditjen PRL untuk pendampingan dari aspek keberlanjutan dan ketertelusuran dan Bank Negara Indonesia dari sisi pinjaman modal.
Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Pamuji Lestari, turut mengapresiasi pelaku budidaya di Kampung Sidat Kaliwungu atas kemampuannya mereka meracik pakan sidat secara mandiri serta meningkatkan angka kelangsungan hidup sidat pada fase kritis, yang juga perlu menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak.
Dalam pertemuan teknis Multisector Technical Working Group (TWG) yang dilaksanakan di Kantor Bupati Cilacap yang difasilitasi oleh I-Fish Project FAO, wakil Direktorat Pemasaran Ditjen PDSPKP menyampaikan kesiapan membantu untuk memberikan informasi pemasaran sidat dan memfasilitasi business matching dengan buyer luar negeri.
Salah satu pembudidaya sidat, Parjo Alparmin, 71 tahun, mengatakan bahwa budidaya sidat sangatlah menguntungkan. Selama 8 bulan, dengan modal Rp200 juta, pihaknya mampu mendapatkan untung Rp273 juta. Parjo pun berharap meningkatnya pertumbuhan pembudidaya sidat di berbagai daerah.
Dalam kesempatan tersebut, juga dilaksanakan kegiatan pelepasliaran (restocking) 100 sidat di Sungai Cibereum. Sebelum restocking, sidat diberi tanda untuk pengamatannya di masa mendatang.
Penyediaan sidat untuk dilepas liarkan adalah bentuk komitmen koperasi pada kelestarian sidat di alam liar. Sinergi para pihak dalam kegiatan perikanan sidat secara berkelanjutan di Kampung Sidat Kaliwungu juga memperoleh apresiasi dari Rajendra Aryal, FAO Representative to Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan bahwa sumber daya ikan di Indonesia, termasuk sidat yang beragam ini perlu dikelola secara bertanggung jawab agar lestari dan memberi kemakmuran bagi masyarakat nelayan sidat.
Tampilkan Semua