Petani Sawit Mulai Bergairah Kembali

Dr Mahmuzar kunjungi kebun sawit
Dr Mahmuzar kunjungi kebun sawit

RIAU – Dr Mahmuzar, MHum, alumni UII ini juga seorang petani klapa sawit. Sekali panen, Kebun Kelapa Sawitnya di wilayah Kampar, Riau mampu menghasilkan 8 ton buah sawit segar.

“Alhamdulillah, tahun ini harga buah kelapa sawit sedang tinggi,” kata Dr. Mahmuzar, MHum.

Mengenai keluhan petani sawit dengan pengusaha sawit, lanjut Mahmuzar yang juga adalah pengajar ilmu hukum di UIN Sultan Syarif Kasim memang ada tapi mungkin di Indonesia peta konfliknya masalah agraria, petani sawit yang lahannya digusur dan buruh sawit vs pengusaha sawit.

Hal senada juga M Shohibul Hidayah, Ketua DPC PKB Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah, M Shohibul Hidayah mengatakan Partai Kebangkitan Bangsa di bawah kepimponannya siap memberdayakan petani dan advokasi buruh.

“PKB Kota Waringin Timur sekarang berkonsentrasi mendampingi petani kelapa sawit dan advokasi buruh. Banyak kegiatan yang dilakukan mulai dari pendampingan petani sawit ketika berhadapan pemilik pabrik minyak sawit dan juga sengketa tanah serta buruh,” kata M Shobul Hidayah, di Sampit, Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah.

Petani Kelapa Sawit saat ini banyak dirugikan oleh pengusaha besar, lanjut Shohib, PKB melakukan pendampingan dan sekaligus advokasi petani dan buruh.

“Aspirasi petani pernah kita sampaikan dengan Komisi III DPR RI yang membidangi pertanian,” pungkas Shohibul Hidayah yang juga adalah mantan aktivis mahasiswa UII Yogyakarta dan mantan wartawan Radar Jogja serta penggiat Komunitas Alinea Jogjakarta.

Terkait petani sawit, sekitar 3 tahun lalu sawit memang pernah jatuh. Hasil panen produksi pertanian, sawit memang pernah jatuh. Hasil panen produksi pertanian memang fluktuatif.

Namun ada yang membuat kaget hari ini. di saat harga-harga produk pertanian jatuh, seperti komoditas kobis, cabai, tembakau, jagung, garam, mrica, bawang putih, kunir putih ada juga produk pertanian yang harganya membumbung tinggi, seperti Jahe, Cengkih, Kapulaga, Kelapa, Coklat, Gula, Vanili, Sawit. Padahal pupuk menghilang dan obat-obat pertanian harganya tinggi.

“Tren ketidaknormalan hukum pasar ekonomi adalah tergantung dari supply dan demand bisa seimbang. Mekanisme pasar adalah ketika barang sedikit, harganya tinggi. Barang berlimpah, harganya jatuh. Buruknya harga-harga pertanian terkait juga dengan kualitas dari produk yang ada dan juga kegagalan kita bersama dalam mengelola mekanisme pasar. Bahkan beberapa produk tertentu kita harus impor, yang tentu saja harganya membuat di pasar harganya memang sudah di atas rata-rata. Upaya untuk ekspor produk dari dalam negeri mestinya ditingkatkan baik keunggulan komparatif maupun kompetitif.” Ungkapnya.

“Minyak CPO kita setelah 5 tahun lalu terpuruk, mulai bersaing, kalau dari hulu sampai hilir larinya ke Singapura dahulu dengan kualitas yang rendah. Setelah CPO bisa diolah dulu di dalam negeri menjadi produk turunan CPO seperti Margarine, Sabun dll sebelum masuk ekspor ke luar negeri, tentu harga minyak sawit tinggi berdampak pula dengan bahan baku, industri sawit dan pasar minyak sawit kembali mampu bergairah kembali,” tandas Aji Setiawan,ST pemerhati masalah pertanian almunus Teknik Manajemen Industri UII kepada Kaka.

Jadi tantangan dunia pertanian adalah berdiri di dua kaki, selain harus berswasembada pangan juga berorientasi ekspor pada sisi agrobisnis tanaman hortikultura.

Paling miris lagi saat ini saat ini jumlah petani di desa jauh berkurang. Karena penduduk sudah memilih bekerja di pabrik dan sektor infrastruktur. Namun dengan berbagai cabaan dan rintangan dunia pertanian, petani sungguh tangguh. Apa yang ditanam, setidaknya mampu memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri, tanpa banyak berkeluh kesah dan menanti uluran tangan penguasa.(***) Aji penulis tinggal di Purbalingga-Jawa Tengah mhn edit

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait