Model bisnis deGadai berbeda dari lembaga keuangan lain. Fokusnya ada pada nilai barang yang dijaminkan, bukan latar belakang finansial nasabah. Hal ini membuat masyarakat yang mungkin terkendala BI Checking atau memiliki riwayat kredit kurang baik tetap bisa mengakses layanan. Nasabah cukup membawa barang berharganya untuk ditaksir, tanpa harus melewati proses panjang yang biasanya ditemui di perbankan. Fleksibilitas juga ditawarkan melalui berbagai kanal, mulai dari datang langsung ke gerai yang tersebar di Jakarta, konsultasi online, hingga layanan jemput barang bagi nasabah yang mengutamakan kenyamanan.
Untuk memperluas jangkauan, deGadai membangun ekosistem digital dengan meluncurkan platform gadaiterdekat.com yang memudahkan pencarian lokasi gerai. Kehadiran ekosistem ini tidak hanya memberikan kemudahan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana perusahaan memanfaatkan teknologi untuk mendekatkan layanan kepada publik. Tidak berhenti di situ, deGadai juga menjalin kolaborasi dengan ALLU, mitra internasional yang menghadirkan program Sell Later. Program ini memberi pilihan bagi nasabah apakah ingin menjual barang mewahnya di pasar global atau menebus kembali setelah jangka waktu tertentu. Dengan langkah ini, deGadai menguatkan posisinya sebagai pionir di industri gadai modern.
Namun, persaingan ketat tetap menjadi tantangan. Banyak perusahaan lain menawarkan kecepatan proses, bunga rendah, atau jaringan luas. Untuk menghadapi hal tersebut, deGadai memilih fokus pada diferensiasi melalui privasi, keamanan, serta pengalaman premium yang jarang disentuh oleh pemain lain. Tantangan lain adalah mengubah persepsi masyarakat. Masih banyak yang menganggap gadai identik dengan kondisi terdesak atau jalan terakhir. deGadai berusaha membalik pandangan itu dengan edukasi bahwa gadai bisa menjadi strategi keuangan cerdas, terutama bagi pemilik barang mewah yang ingin memanfaatkan aset tanpa harus menjualnya.
Tampilkan Semua