Hingga akhir Agustus 2025, progres seluruh pekerjaan konstruksi dilaporkan telah mencapai 70% dan ditargetkan akan rampung sepenuhnya pada Desember 2025.
Kepala BWS Maluku Utara, M. Saleh Talib, menambahkan bahwa proses konstruksi dirancang agar tidak mengganggu aktivitas pertanian. Selama proses konstruksi, air irigasi ke sawah petani tetap mengalir menggunakan saluran pengelak dan pompanisasi. Rehabilitasi ini sangat diperlukan untuk menjaga fungsi saluran irigasi agar tetap optimal.
“Diharapkan dengan ketersediaan air yang cukup, produktivitas pertanian tanam padi dapat meningkat dan mampu mewujudkan swasembada pangan,” kata M. Saleh Talib.
Petani Rasakan Manfaat Langsung
Dampak positif dari proyek ini sudah dirasakan langsung oleh para petani di sekitar lokasi. Sutarno, seorang petani yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Toboino, mengungkapkan bahwa sistem irigasi yang lebih baik telah menghilangkan konflik perebutan air antarpetani yang dulu sering terjadi.
“Untuk ketersediaan air, kami cukup. Konflik perebutan air tidak terjadi lagi. Dalam sekali panen, kami bisa menghasilkan hingga 3 ton per hektare,” jelas Sutarno.
Rasa syukur serupa juga diungkapkan oleh Supandi, petani dari Desa Sidomulyo yang lahannya dialiri oleh DI Akedaga. Ia mengaku sangat bersyukur karena dengan adanya perbaikan jaringan irigasi, kebutuhan air untuk sawahnya kini selalu tercukupi, sehingga tanaman padi dapat tumbuh dengan baik dan subur.
Revitalisasi Jaringan Irigasi Akedaga dan Opiyang ini menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan langkah penting dalam mewujudkan cita-cita besar swasembada pangan nasional.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat