“Sebagai organisasi payung bagi pemuda Muslim di Indonesia, OIC Youth Indonesia tidak hanya mengumpulkan para pemimpin muda, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan,” ujarnya. Astrid menegaskan bahwa visi Indonesia Emas 2045 bukan sekadar impian, melainkan target yang harus diwujudkan melalui persatuan dan tekad bersama.
Senada dengan itu, Syaroni Rofii, Dewan Penasihat OIC Youth Indonesia, menyoroti peran Organization of Islamic Cooperation (OIC) dalam membuka peluang bagi generasi muda Indonesia untuk berkontribusi di kancah global. Menurutnya, keterlibatan dalam organisasi bukan sekadar aktivitas, tetapi bagian dari perjalanan panjang yang membentuk pemimpin masa depan.
“Banyak pemimpin dunia saat ini yang berawal dari aktivisme mahasiswa. Di OIC Youth, kita belajar kepemimpinan, kerja sama internasional, dan tanggung jawab sebagai bagian dari komunitas global,” tuturnya.
Wakil Kepala Misi Kedutaan Besar Republik Sudan untuk Indonesia, Sid Ahmed M. Alamain, menyoroti pentingnya solidaritas di tengah konflik yang melanda negaranya. Ia mengapresiasi bantuan kemanusiaan Indonesia, yang telah mengirimkan tiga gelombang bantuan ke Sudan.
“Dukungan tak tergoyahkan dari Indonesia memberikan harapan bagi rakyat Sudan di tengah penderitaan akibat perang. Bantuan ini bukan hanya sekadar materi, tetapi juga wujud empati yang menyentuh hati masyarakat kami,” ungkap Sid Ahmed.
Refleksi Ramadan untuk Pembangunan Bangsa
Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Ir. H. Ahmad Riza Patria, dalam pidatonya menegaskan bahwa Ramadan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga momentum refleksi bagi pembangunan bangsa.
“Dunia mengalami perubahan pesat, baik dari sisi teknologi, geopolitik, maupun informasi. Oleh karena itu, inovasi, kemandirian, dan kolaborasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini,” jelasnya.
Ariza menambahkan bahwa pembangunan tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada generasi emas yang siap menghadapi era globalisasi.
Tampilkan Semua