JAKARTA, CILACAP.INFO – Di tengah derasnya transformasi digital, ada satu konsep yang dinilai akan menjadi tulang punggung revolusi industri di masa depan. Bagas Adji Saputra, seorang praktisi teknologi, menyebut teknologi ini sebagai “jembatan antara imajinasi dan realitas.”
Menurutnya, digital twin bukan sekadar alat simulasi canggih, tetapi juga cerminan masa depan di mana setiap aspek kehidupan manusia dapat terhubung, terprediksi, dan teroptimalkan melalui dunia virtual.
Bagas menjelaskan bahwa digital twin adalah replika digital dari objek fisik, sistem, atau proses yang beroperasi secara real-time. Teknologi ini mengandalkan sensor IoT, kecerdasan buatan (AI), dan komputasi awan untuk menciptakan model dinamis yang mampu memantau, menganalisis, bahkan memprediksi perilaku objek aslinya. “Bayangkan Anda memiliki mesin pabrik yang bisa ‘berbicara’ melalui data, memberi tahu kapan harus dirawat, atau gedung pencakar langit yang memperingatkan risiko kerusakan struktural. Ini bukan lagi fiksi ilmiah,” ujarnya.
Sebagai praktisi, Bagas menekankan bahwa digital twin telah membuka pintu optimisasi di berbagai sektor. Di industri manufaktur, teknologi ini memangkas biaya operasional hingga 30% dengan memprediksi kerusakan mesin. Di bidang kesehatan, dokter dapat berlatih operasi jantung menggunakan replika digital pasien, sehingga mengurangi risiko kesalahan. Bahkan, beberapa kota telah menerapkan digital twin untuk merancang sistem perkotaan yang lebih efisien, hemat energi, dan responsif terhadap bencana. “Ini adalah solusi untuk masalah yang belum terjadi. Kita bisa mencegah krisis sebelum ia muncul,” tambahnya.
Namun, Bagas juga mengakui bahwa adopsi digital twin masih menghadapi tantangan. Keamanan data, kesenjangan infrastruktur digital, dan kurangnya tenaga ahli menjadi penghambat utama. “Data adalah nyawa dari digital twin. Jika sistem diretas, seluruh model bisa menjadi bumerang,” katanya. Oleh karena itu, ia mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi dalam membangun kerangka keamanan siber, pelatihan tenaga digital, serta pemerataan akses teknologi. “Kita tidak boleh membiarkan digital twin menjadi monopoli negara maju. Ini harus menjadi solusi global,” tegasnya.
Tampilkan Semua