DeepSeek vs AI Agents: Siapa yang Akan Bertahan dan Akan Tumbang?

DeepSeek vs AI Agents
DeepSeek vs AI Agents

JAKARTA, CILACAP.INFO – Kepercayaan para investor terhadap masa depan platform kecerdasan buatan (AI) generatif asal Hangzhou, DeepSeek, mengalami guncangan yang cukup signifikan setelah raksasa teknologi Alibaba merilis model AI terbarunya, Qwen 2.5. Model ini diklaim memiliki performa lebih unggul dibandingkan dengan DeepSeek-V3, sehingga memicu pergeseran sentimen di kalangan investor yang sebelumnya mendukung DeepSeek.

Peluncuran Qwen 2.5 tidak hanya menggoyahkan dominasi DeepSeek, tetapi juga membawa dampak terhadap pasar token terkait AI. Seiring dengan meningkatnya optimisme terhadap proyek AI lain, token-token AI Agent mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Virtuals Protocol mencatat lonjakan lebih dari 8%, sementara AIXBT dan Ai16z mengalami kenaikan lebih dari 10%. Kenaikan ini terjadi karena banyak investor yang mulai mengalihkan perhatian dan dana mereka ke proyek-proyek kecerdasan buatan berbasis desentralisasi, yang dinilai memiliki potensi lebih besar di tengah persaingan yang semakin ketat.

Di sisi lain, koreksi pasar terjadi setelah sebelumnya DeepSeek mengalami lonjakan yang cukup signifikan, menarik banyak perhatian dari investor di sektor AI. Namun, setelah Alibaba merilis model terbarunya, fokus investor mulai bergeser, menyebabkan tekanan jual yang tajam pada aset-aset yang terkait dengan DeepSeek. Akibatnya, valuasi DeepSeek mengalami penurunan drastis, dengan kerugian yang mencapai angka fantastis, yakni US$5 miliar atau setara dengan sekitar Rp81,2 triliun.

Pada awal pekan ini, DeepSeek merilis asisten AI terbaru yang dirancang untuk bersaing dengan model-model AI yang telah ada sebelumnya, tetapi dengan keunggulan biaya yang lebih rendah. Kehadiran inovasi ini memicu aksi jual besar-besaran di sektor saham teknologi di Amerika Serikat, karena investor mulai mempertimbangkan dampaknya terhadap lanskap industri kecerdasan buatan.

Salah satu perusahaan yang terkena dampak signifikan adalah Nvidia, yang mengalami penyusutan kapitalisasi pasar hingga US$589 miliar atau sekitar Rp9.568 triliun. Penurunan ini turut menyeret harga saham perusahaan yang bergerak di bidang penambangan kripto serta aset kripto berbasis kecerdasan buatan, yang mengalami pelemahan tajam akibat tekanan pasar.

Tampilkan Semua
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait

Exit mobile version