JAKARTA, CILACAP.INFO – Pertarungan hukum antara Ripple dan SEC bukan hanya tentang satu perusahaan—ini adalah pertempuran besar yang bisa mengubah arah industri kripto selamanya. Dalam dinamika yang penuh intrik ini, John E. Deaton, pengacara terkemuka yang mendukung XRP, mengungkap strategi sengit Ripple melawan tekanan regulasi dan persaingan dari kompetitor. Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, dan bagaimana Ripple berjuang untuk tetap relevan di tengah badai ini?
Ripple Fokus pada Pembayaran Lintas Batas
John E. Deaton menjelaskan bahwa sejak awal, Ripple memanfaatkan peluang besar di sektor pembayaran lintas batas. Saat XRP diciptakan pada 2012, teknologi pembayaran global masih belum tergarap maksimal. Ripple memilih fokus pada efisiensi transaksi lintas negara, langkah yang terbukti tepat mengingat stablecoin belum ada kala itu.
Menurut data, transaksi lintas batas pada 2022 mencapai $150 triliun dan diproyeksikan meningkat hingga $250 triliun pada 2027, didorong oleh ekspansi perdagangan internasional dan mobilitas global. Ripple memanfaatkan potensi ini untuk menciptakan solusi inovatif yang relevan bagi pengguna dan institusi keuangan.
Dampak Gugatan SEC terhadap Ripple
Gugatan SEC pada Desember 2020 menjadi titik balik bagi Ripple. Coinbase menghapus XRP dari platform mereka, dan MoneyGram beralih dari XRP ke Stellar (XLM). Deaton menyoroti bahwa gugatan ini menimbulkan pertanyaan besar, termasuk konflik kepentingan di antara pihak-pihak yang terlibat.
Jed McCaleb, pendiri Stellar, sebelumnya juga terlibat dalam Ripple, yang memunculkan spekulasi tentang keuntungan kompetitor di tengah masalah hukum Ripple. Deaton menegaskan pentingnya mengungkap ketidakadilan ini agar industri kripto lebih transparan.
Persaingan Ketat dan Peluang Ripple
Di tengah tekanan regulasi, Ripple juga harus bersaing dengan pemain besar lainnya seperti Stellar (XLM).
Tampilkan Semua