Dia menjelaskan hal ini disebabkan karena local brand dinilai lebih selaras dengan budaya, selera dan tren masyarakat. Local brand lebih mudah menyesuaikan diri dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan sesuai dengan gaya hidup.
“Sentuhan lokal ini membantu para pelaku usaha terhubung lebih baik dengan pelanggan dengan cara yang sering kali tidak dapat dilakukan oleh brand global atau brand besar,” jelasnya.
Dengan memenuhi preferensi dan menyelaraskan produk mereka sesuai dengan keinginan konsumen, local brand di bawah naungan Hypefast dapat berkembang dengan pesat.
Misalnya, Nyonya Piyama dan Koze telah menyesuaikan ukuran pakaian dengan bentuk tubuh konsumen lokal. Hal tersebut yang kemudian menjadikan mereka sebagai top of mind masyarakat Indonesia di kategorinya.
Di kategori beauty, salah satu kunci keberhasilan Luxcrime dapat bersaing adalah dengan memperhatikan variasi shades dan warna yang lebih inklusif. Luxcrime berusaha menciptakan produk yang relevan untuk semua jenis kulit konsumen Indonesia, sesuatu yang sering terlewatkan oleh brand internasional yang tidak sepenuhnya memahami kebutuhan pasar lokal.
Kualitas yang Buruk dan Harga yang Terlalu Mahal Berpotensi Timbulkan Keraguan
Ketika memutuskan membeli produk, pelanggan mempertimbangkan kualitas, harga yang terjangkau dan keunikan produk. Praktik etis dan dukungan komunitas juga diapresiasi pelanggan. Faktor yang kerap menimbulkan keraguan dalam pembelian ialah kualitas yang buruk terutama jika harga terlalu mahal. Alasan lainnya ialah desain tiruan, layanan yang buruk dan kurang transparansi serta proses pembelian yang rumit.
“Dari sisi teknis, 45% responden berharap produk lokal bisa meningkatkan kualitasnya untuk dapat bersaing lebih baik lagi dengan produk internasional. Hal ini yang sebaiknya terus diprioritaskan oleh produsen lokal,” tutup Achmad Alkatiri.
Tampilkan Semua