CEO Telegram Ditangkap, Harga TON Merosot?

Ilustrasi TON
Ilustrasi TON

JAKARTA, CILACAP.INFOPavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi Telegram yang berusia 39 tahun, ditangkap sekitar pukul 8 malam pada hari Sabtu (24/08) di bandara Le Bourget di Prancis.

Durov yang memiliki kewarganegaraan Prancis-Rusia, ditahan oleh Gendarmerie Transportasi Udara (GTA) setelah turun dari jet pribadinya. Ia didampingi oleh seorang pengawal dan seorang wanita, menurut laporan media Prancis, TF1.

Berita ini telah menimbulkan kekhawatiran yang signifikan di pasar kripto, menyebabkan terjadinya penurunan tajam pada harga Toncoin (TON). Toncoin adalah token asli dari The Open Network, yang memiliki hubungan erat dengan Telegram. Dampak dari berita tersebut terlihat jelas dalam pergerakan harga, mencerminkan ketidakpastian dan kekhawatiran investor mengenai masa depan proyek yang terkait dengan Telegram.
Beberapa Tuduhan yang Diberikan Durov
Menurut laporan dari Decrypt, pengusaha teknologi berusia 39 tahun ini ditahan oleh Kantor Anti-Penipuan Nasional Prancis. TF1 melaporkan bahwa penangkapan ini terkait dengan berbagai tuduhan serius, termasuk dugaan keterlibatan dalam memfasilitasi kegiatan ilegal melalui platform Telegram. Tuduhan ini mencakup beberapa dugaan pelanggaran hukum yang signifikan, yang melibatkan penggunaan Telegram sebagai sarana untuk aktivitas yang melanggar hukum. Penahanan tersebut mencerminkan perhatian yang semakin besar dari otoritas terhadap peran platform teknologi dalam mendukung atau memfasilitasi kegiatan yang melanggar hukum.

Tuduhan-tuduhan tersebut terlibat dalam memfasilitasi terorisme, perdagangan narkoba, penjualan barang curian, penipuan, dan kegiatan ilegal lainnya yang diduga tidak dimoderasi oleh Telegram. Jika terbukti benar, dampaknya bisa besar bagi Durov serta reputasi Telegram dan proyek terkaitnya seperti The Open Network. Saat ini, Telegram belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang penangkapan tersebut.
Dampak Kasus Durov pada Harga TON
The Open Network (TON), yang pada awalnya dikembangkan oleh Telegram tetapi kemudian dirilis pada tahun 2020 akibat tekanan regulasi, kini mengalami lonjakan popularitas. Hal ini disebabkan oleh upaya Telegram untuk secara bertahap mengintegrasikan kembali jaringan blockchain ini ke dalam ekosistem mereka. Setelah menghadapi berbagai tantangan regulasi yang memaksa Telegram untuk menghentikan pengembangan langsungnya terhadap TON, platform tersebut kini menunjukkan komitmen baru dengan menghubungkan kembali jaringan blockchain ini, yang mendorong kebangkitan minat dan penggunaan di kalangan komunitas kripto. Integrasi bertahap ini mencerminkan usaha Telegram untuk memanfaatkan potensi penuh dari TON dan mengembalikan relevansinya di pasar.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait