Jejak Ekonomi dan Sosial Selama Beroperasi 111 Tahun di Indonesia
Selama 111 tahun Sampoerna beroperasi di Indonesia, perseroan senantiasa berpedoman pada falsafah tiga tangan yang mewakili penciptaan nilai bagi para pemangku kepentingan utama yaitu karyawan, mitra usaha, dan pemegang saham; konsumen dewasa; serta masyarakat luas. Sampoerna memiliki jejak ekonomi, investasi, dan sosial yang signifikan di sepanjang mata rantai pasok. Total investasi Sampoerna sejak akuisisi Philip Morris International (PMI) pada 2005 telah mencapai US$ 6,4 miliar atau setara Rp103 triliun. Hal ini sejalan dengan komitmen dan dukungan terhadap prioritas Pemerintah untuk mengembangkan hilirisasi industri. Pada 2023, kontribusi pajak dan cukai perseroan (termasuk Perusahaan induk PT Phillip Morris Indonesia) mencapai Rp86,8 triliun.
Pada Semester I 2024, Sampoerna menyerap lebih dari 90.000 karyawan secara langsung dan tidak langsung, di mana sekitar 90% di antaranya bekerja di segmen padat karya SKT. Sampoerna mengoperasikan satu fasilitas manufaktur untuk produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang, dua fasilitas produksi rokok mesin di Karawang dan Pasuruan, enam fasilitas produksi SKT, termasuk dua fasilitas produksi SKT baru di Blitar dan Tegal yang mulai beroperasi di 2024. Sampoerna juga menambah lima Mitra Produksi Sigaret (MPS) menjadi total 43 MPS dengan lokasi tersebar di berbagai kota/kabupaten di pulau Jawa yang dimiliki pengusaha daerah dan/atau koperasi lokal.
Sampoerna juga menegaskan komitmennya untuk terus terlibat aktif dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) nasional. Pengembangan SDM yang dilakukan oleh Sampoerna berfokus pada karyawan, mitra usaha sepanjang rantai pasok, hingga masyarakat luas, mencakup pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta petani tembakau dan cengkih di Indonesia.
Tampilkan Semua