Acara malam penghargaan ini digelar di Graha Niaga pada 30 Juli 2024, pada pukul 18.30 WIB yang dihadiri oleh seluruh kandidat penerima penghargaan.
Pada malam penghargaan, Ketua Dewan Juri Darwin Cyril Noerhadi menjelaskan beberapa kriteria penilaian. Pada Kategori Capital Market, di antaranya memiliki skor ESG KEHATI yang tinggi, adanya kenaikan skor ESG dibanding periode sebelumnya, jumlah produk dan dana kelolaan berbasis ESG, strategi kebijakan dan praktik dalam mengintegrasikan aspek ESG dalam proses investasi baik untuk produk Reksa Dana dan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), serta memiliki inisiatif dan komitmen dalam mengadopsi ESG pada proses dan praktik investasi.
Untuk kategori kedua yakni Impact Investment, kriteria pemenang di antaranya entrepreneur dengan inovasi luar biasa yang berdampak positif bagi lingkungan,sosial, dan berimbas pada agenda sustainability khususnya pelestarian keanekaragaman hayati (nature biodiversity), perubahan iklim, dampak atas karbon, pencegahan polusi & manajemen limbah, keterlibatan masyarakat, hingga performa bisnis yang baik; investor dengan jumlah investasi dan dana kelolaan yang didedikasikan untuk mendukung investasi berdampak (impact investment), insiatif membangun pipelines dan startup incubation; serta fasilitator yang aktif membangun dan mendorong penerapan impact investment di Indonesia
Kriteria untuk kategori ketiga, Debt & Project Financing, di antaranya issuer/borrower yang menerbitkan surat utang atau instrumen lain yang berbasis hijau/keberlanjutan (green/sustainability instrument); investor/creditor memberikan pembiayaan berkelanjutan (green/sustainability debt investment), dengan dampak/sustainability impact yang signifikan dari pendanaan green project tersebut; serta fasilitator yang aktif sebagai enabler dalam membangun ekosistem pendukung green project financing.
“Tren global saat ini sangat menuntut iklim bisnis dan investasi yang berkelanjutan dengan menganut prinsip-prinsip environment, social dan governance (ESG). Investasi berbasis ESG tidak hanya sekedar memberikan keuntungan secara finansial, namun juga dampak positif secara sosial dan keberlangsungan Planet Bumi. Prinisp investasi berbasis ESG juga sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045 untuk mewujudkan Indonesia sebagai “Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan,” tutup Riki.
Tentang KEHATI Foundation
Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim. Selama lebih dari dua dekade, Yayasan KEHATI telah bekerja sama dengan lebih dari 1.500 lembaga lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, serta mengelola dana hibah lebih dari US$ 200 juta. Dana tersebut berasal dari donor multilateral dan bilateral, sektor swasta, filantrofi, crowd funding, dan endowment fund. Terdapat 3 pendekatan program yang dikelola oleh KEHATI yaitu ekosistem kehutanan, ekosistem pertanian, dan ekosistem kelautan. Selain itu, Yayasan KEHATI juga mengelola program khusus antara lain TFCA Sumatera, TFCA Kalimantan, USAID Kolektif, dan BAF.